SUDAH Didukung Muzakir Manaf, Kenapa Suara Prabowo Menyusut di Aceh? Anies Dominan di Serambi Mekkah

Perolehan suara Anies-Muhaimin di Provinsi Aceh dan Sumatera Barat lebih tinggi dibanding Prabowo-Gibran.

Padahal provinsi ini sempat menjadi lumbung suara Prabowo Subianto pada Pilpres 2019. Kala itu, Prabowo yang berdampingan dengan Sandiaga Uno meraih suara terbanyak di Aceh dan Sumbar.

Prabowo-Sandi mengalahkan Jokowi-Maruf Amin di dua wilayah tersebut.

Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), pasangan calon Prabowo-Sandiaga bisa mendapatkan 85,59 persen suara di sana.

Kondisi suara itu mendadak berubah pada Pilpres 2024, Prabowo yang kali berpasangan dengan Gibran Rakabuming tidak lagi menjadi peraih suara dominan di Serambi Mekkah.

Berdasarkan real count KPU hingga Senin (19/2/2024) 21.00 WIB dengan data masuk 68,01 persen, pasangan calon dengan suara terbanyak adalah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin).

Pasangan Amin mendapatkan 76,43 persen suara, disusul Prabowo-Gibran dengan 21,29 persen suara, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD dengan 2,28 persen suara.

Pengamat Komunikasi Politik Universitas Malikussaleh Kamaruddin Hasan menilai perubahan perilaku pemilih di Aceh pada pemilu kali ini karena Anies Baswedan dianggap lebih mewakili secara agama.

Keadaan berbeda pada pemilu sebelumnya.

Kala itu, justru Prabowo yang dianggap pemilih di Aceh sebagai calon dengan nilai keagamaan lebih baik.

“Dua pilpres sebelumnya, Aceh adalah lumbung suara Prabowo. Sebanyak 85 persen lebih pemilih memilih Prabowo. Itu karena faktor, dua pasangan calon, di mana Prabowo dinilai lebih baik dan lebih paham agama dibanding Joko Widodo,” kata Kamaruddin saat dihubungi, Senin (19/2/2024).

Selama kampanye pada Pilpres 2024, juru kampanye Prabowo-Gibran di Aceh juga disebut tidak memperlihatkan dekatnya calon mereka dengan nilai-nilai agama.

Aspek ini disebut Kamaruddin justru dimaksimalkan oleh calon lain.

“Harusnya tim Prabowo juga menampilkan narasi agama di Aceh. Dimana, Prabowo juga dekat dengan ulama dan lain sebagainya, lengkap dengan prestasi-prestasinya. Itu tidak muncul sepanjang kampanye di media massa maupun media sosial,” terangnya.

Sisi lain, sambung Kamaruddin, partai pendukung Prabowo di Aceh fokus pemenangan calon anggota legislatif.

“Sangat sedikit narasi dari partai pengusung yang fokus dan concern untuk mendongkrak suara Prabowo di Aceh. Misalnya, Mualem (Muzakkir Manaf) Ketua Partai Aceh tegas mendukung Prabowo. Harusnya secara aksi nyata itu juga diikuti oleh daerah-daerah, bukan sebatas pernyataan tapi kerja nyata menuju TPS,” pungkasnya.

Pengamat politik Universitas Andalas (Unand), Sumatera Barat, Andri Rusta menilai, beralihnya dukungan masyarakat Sumbar dari Prabowo ke Anies Baswedan pada Pilpres 2024 disebabkan banyak faktor.

Salah satu faktor terkuat adalah adanya faktor Takah (kemampuan), Tageh (kekuatan), dan Tokoh (ketokohan).

“Filosofi masyarakat Sumbar memilih pemimpin itu selalu mengutamakan 3T,” kata Andri yang dihubungi Kompas.com, Senin (19/2/2024).

Doktor bidang ilmu politik Unand itu menjelaskan, pada Pilpres 2014 dan 2019 lalu, capres hanya 2 pasang.

“Kalau dulu itu, memang Pak Prabowo yang lebih disukai masyarakat Sumbar. Mulai dari ketokohan, hingga partai pendukung semuanya ada di Pak Prabowo. Itu memang karena pilihannya ada 2 waktu itu,” kata Andri.

Selain itu, Prabowo dinilai ada cacatnya karena bergabung dengan Jokowi dalam pemerintahan.

“Memang alasannya rekonsiliasi, namun alasan itu dinilai tidak sampai ke masyarakat,” jelas Andri.

Tak hanya itu, Anies mengusung tema perubahan dalam pemerintahan yang dinilai pas dan didukung masyarakat Sumbar.

“Ketika Anies datang dengan tema perubahannya itu disambut. Berbeda dengan Prabowo yang sudah masuk dalam pemerintahan,” kata Andri.

Sementara untuk Aceh, ada sedikit perbedaan dengan Sumbar.

“Kalau Aceh memang tema perubahan dan religius yang mendominasi kenapa mereka memilih Anies,” jelas Andri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*