Amerika Diam-diam Kucilkan RI, Mimpi Jokowi Terancam

U.S. President Joe Biden, left, walks with Indonesia President Joko Widodo during the G20 leaders summit in Nusa Dua, Bali, Indonesia, Tuesday, Nov. 15, 2022.    Dita Alangkara/Pool via REUTERS

Mimpi Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk mengembangkan hilirisasi nikel dalam rangka mengembangkan industri mobil listrik di Tanah Air kembali mendapatkan tantangan. Tantangan kali ini berasal dari Amerika Serikat (AS)

AS diketahui tidak bersikap adil terhadap Indonesia Indonesia. Khususnya dalam hal pemberian subsidi hijau bagi mineral penting asal Indonesia yakni nikel.

Melalui undang-undang baru Inflation Reduction Rate (IRA), AS diketahui bakal memberikan kredit pajak atas pembelian mobil listrik. Namun, insentif ini dikhawatirkan tidak berlaku atas mobil listrik dengan baterai yang mengandung komponen nikel dari Indonesia.

Adapun, alasannya adalah Indonesia belum memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS dan juga dominasi perusahaan China dalam industri nikel RI.

Terkait dengan tantangan ini, Presiden Jokowi tidak akan tinggal diam. Indonesia akan menindaklanjutinya melalui jalur perundingan.

Staf Khusus Menteri Perdagangan Bidang Perjanjian Perdagangan Internasional Bara Krishna Hasibuan mengatakan, Indonesia akan bernegosiasi melalui perundingan kerangka kerja sama ekonomi Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) yang saat ini sedang berlangsung.

Dengan perundingan ini, pemerintah berharap AS dapat memberikan insentif yang serupa kepada negara-negara anggota IPEF, termasuk Indonesia. “Hal ini juga sempat diutarakan Indonesia kepada Amerika Serikat pada Perundingan Putaran Kedua IPEF di Nusa Bali, bulan Maret 2023,” ungkap Bara kepada CNBC Indonesia, dikutip Minggu (8/4/2023).

Bara menegaskan bahwa Indonesia menekankan prinsip kesetaraan dan berkeadilan seharusnya menjadi landasan bagi hubungan kerja sama antar negara. Prinsip tersebutlah yang diusung dan menjadi latar belakang dari kerja sama ekonomi IPEF.

“Terlepas dari IPEF, Indonesia saat ini juga tengah menjalin kerja sama yang intensif dengan negara lain untuk memberikan manfaat bagi industri mineral penting dan diharapkan Indonesia dapat menjadi mitra strategis dalam sektor energi bersih,” katanya.

Sebelumnya, Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia mendesak Amerika Serikat (AS) untuk lebih adil dalam pemberian subsidi hijau bagi mineral untuk kendaraan listrik. Kadin prihatin atas ‘pengucilan’ terhadap mineral kritis Indonesia dari paket subsidi Amerika Serikat untuk teknologi hijau.

Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid menyatakan Indonesia dapat memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan AS akan kendaraan listrik dan baterai. Pasalnya, Indonesia memiliki sepertiga dari dari total cadangan nikel dunia yang menempatkan Indonesia pada posisi pertama.

“Nikel menjadi bahan yang penting untuk produksi baterai kendaraan listrik,” ungkap Arsjad.

Arsjad juga melihat Indonesia dan ASEAN sebagai alternatif untuk China. Ia berharap Amerika Serikat akan memberikan status yang setara kepada anggota Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) dengan negara-negara yang memiliki perjanjian perdagangan bebas penuh dengan Amerika Serikat.

“Kami sedang berdiskusi tentang IPEF, dan semangat perjanjian itu adalah kerja sama. Jika Amerika mengecualikan ASEAN, rasanya sangat tidak adil,” ujar Arsjad.

Dalam industri pengembangan kendaraan listrik, Arsjad juga turut mengajak Amerika maupun Uni Eropa untuk menaruh kepercayaan pada Indonesia dan negara ASEAN lainnya.

Dengan peran penting Indonesia dan ASEAN dalam rantai pasokan kendaraan listrik, Arsjad optimistis bahwa kawasan ini akan menjadi mitra strategis baik Amerika Serikat, Uni Eropa maupun China dalam sektor energi bersih.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*